>

Sunday, April 16, 2006

Kekuasaanisme

Ali Khamenei - bekas Presiden Iran. Dianggap autoriti tertinggi agama di Iran.

Sama ada kita akui atau tidak, kekuasaan (kerajaan/ pemerintahan) dalam Islam telah menentukan banyak hal yang berkaitan dengan agama ini: pemerintahan, pendefinisian orang murtad, sesat, sejarah Islam, hukum Islam, teologi Islam dll.

Malah keilmuan Islam pun secara umum dibangun di atas basis kekuasaan, yang sarat dengan kepentingan-kepentingan tertentu kekuasaan itu… termasuklah berkaitan hadis/ilmu hadis. Sampai-sampai setiap kelompok mempunyai hadis mereka sendiri.

Seperti dirumuskan oleh M Hasibullah Satrawi: “… kekuasaan telah merampas kesucian agama (Islam). Kekuasaan memang dapat meletakkan apa pun di puncak langit sana. Namun kekuasaan juga dapat menenggelamkannya di perut bumi yang paling dalam. Kekuasaan adalah api yang membara. Dia akan membakar segala sesuatu yang menyentuhnya. Walaupun itu agama.”

Bak kata Hamid Basyaib: “Tak ada satu pun autoriti yang legitimate dalam menafsirkan al-Quran (Islam) pasca wafatnya Rasulullah, bahkan ulama sekalipun. Secara filosofis ulama itu tidak ada. Apalagi ulama yang diartikan secara teknis. Posisi dan keberadaan ulama selalu dikaitkan dengan konteks kekuasaan pada zamannya. Sehingga, keberadaan ulama tidak lebih dari korporasi suatu negara, yang secara politik akan menjadi alat kepentingan kekuasaan saja.”

Jadi (akibatnya) jika kita mahu mencari `standard sebenar’ apa sahaja dalam Islam, kita kena, perlu dan patut melihatnya dari pelbagai sudut/jendela. Jika tidak apa yang kita lihat adalah apa yang telah ditentukan oleh sang kekuasaan itu.

Standard juga, jika kita ambil tanggapan Prof. Dr. Khaled Abou El Fadl dari UCLA yang terkenal dengan bukunya`Speaking in God’s Name’ adalah suatu bentuk autoritarianisme (juga interpretative despotism) - iaitu tindakan seseorang atau kelompok atau lembaga yang “menutup rapat-rapat” atau membatasi keinginan Tuhan (the Will of the Divine), atau keinginan paling dalam maksud teks (maqashid al-nash) dalam suatu batasan tertentu, dan kemudian menyuguhkan ketentuan-ketentuan tersebut sebagai suatu hal yang final, tidak dapat dihindari, dan merupakan hasil akhir yang tidak dapat dibantah lagi.

Mungkin banyak yang senang dan selesa dengan cara itu. Tapi saya percaya golongan yang kurang senang pun semakin banyak.

0 Ulasan. Terima kasih.

Post a Comment

Kembali ke Muka Utama