Intelektual: pemegang kuasa yang tak berkuasa
Siapakah seorang intelektual itu?
Atau apakah yang kita harapkan daripada seorang intelektual?
Membaca suatu interbiu dengan Abdolkarim Soroush (gambar), seorang pemikir Iran, berkaitan persoalan di atas amat mengujakan.
Soroush berpendapat seseorang intelektual itu tidak patut mengharapkan apa-apa daripada kerja intelektualnya. Intelektual mempunyai `kuasa’ tetapi dia tidak sepatutnya menggunakan kuasa itu untuk mendapatkan kuasa yang lain terutama kuasa politik, atau kuasa-kuasa lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Intelektual adalah `powerless wielder of power’ katanya.
Jelas Soroush: “…the intellectual must not expect to reap personal benefit from the political consequences of his views and actions, or allow his ideas to become subservient to political interests or gains. The intellectual is powerful and should not seek other types of power, unless he is unaware of his power, in which case he is not an intellectual”
Antara aspek lain yang disentuh dalam perbincangan itu ialah Islam dan moderniti. Suatu pernyataan beliau yang menarik ialah:
“There is also a transition taking place…. in our society, but it is a transition from tradition to modernity, not from modernity to post-modernity….. Since we are on our way from tradition to modernity….., there is a temptation among some congenital imitators to have us cross into the post-modern without ever having arrived at the modern. This is a ruinous temptation. It will have no outcome other than to make us parrot their slogans and, ultimately, leave us high and dry.
Dikaitkan dengan intelektual Muslim, Soroush dalam suatu temubual oleh Farish Noor menyatakan intelektual itu adalah “… in a sense, a hybrid species. They emerged in the liminal space between modern ideas and traditionalist thought.”
Perbincangan penuh boleh dibaca di sini. Intellectual: the powerless weilder of power.
Sementara website beliau ada di sini.
Kembali ke Muka Utama